Mojokerto. Menjelang Pemilukada Mojokerto Tahun 2018,
Pemkot Mojokerto melalui Bakesbangpol Kota Mojokerto gencar menggelar rapat
koordinasi (Rakor) bersama instansi terkait. Kegiatan Rakor ini berlangsung di
Pendopo Graha Praja Wijaya Pemkot Mojokerto, Jalan Gajah Mada Nomor 145 Kota
Mojokerto, Kamis (15/03/2018) malam.
Kegiatan
bertajuk "Rakor Penanganan Konflik Sosial Menjelang Pemilukada Kota
Mojokerto", diikuti para Ketua RT,
Ketua RW, Babinsa dan Bhabinkamtibmas se-Wilayah Kecamatan Prajurit
Kulon Kota Mojokerto sebagai peserta.
Rakor
ini dilangsungkan selama dua hari, mulai Rabu (14/03) hingga Kamis (15/03)
malam. Hari pertama untuk peserta dari Kecamatan Magersari, hari kedua untuk Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Prajurit Kulon.
Hal
ini dilakukan sebagai upaya deteksi deni dan cegah dini guna mengantisipasi
secara dini terjadinya konflik sosial di wilayah Kota Mojokerto terlebih
menjelang Pemilukada. Walaupun dalam sejarah Pilkada di Kota Mojokerto, tidak
pernah terjadi konflik, ucap Kepala
Bakesbangpol Kota Mojokerto, Anang Fahruroji, S.Sos, M. Si, saat membuka acara, Kamis (15/03)
malam.
Ka
Bakesbangpol Kota Mojokerto juga mengajak kepada seluruh peserta untuk ikut
menjaga Pemilukada Kota Mojokerto berlangsung damai tanpa adanya money politik
terlebih konflik.
Pemateri
yang dihadirkan dalam Rakor tersebut, salah satunya Kepala Staf Kodim 0815 Mojokerto Rem 082/CPYJ
Mayor Inf Nuryakin, S.Sos. Dalam materi bertajuk “Potensi Ancaman Dalam Negeri
dan Upaya Mengatasi”, Kasdim 0815 Mayor Inf Nuryakin, S.Sos, menjelaskan
tentang Keamanan Nasional, Perkembangan Lingkungan Strategis, Potensi Ancaman,
Proxy War, Upaya Mengatasi dan Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara.
Dipaparkan
Kasdim, terkait situasi nasional dan lokal saat ini, meliputi aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Proxy war,
lanjut Kasdim, yaitu perang antara dua
negara atau lebih yang tidak saling berhadapan namun mengunakan pihak ketiga
dan tidak bisa terlihat mana kawan dan mana lawan. "Proxy war ini dapat
terjadi dalam berbagai aspek berbangsa dan bernegara, meliputi aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan
keamanan”, tandas Kasdim.
Masih
papar Kasdim, penyebab terjadinya konflik
sosial di masyarakat, diantaranya perbedaan antar individu atau kelompok,
perbedaan budaya atau kultur, perbedaan kepentingan, permasalahan ekonomi, dan
perubahan sosial.
Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik, diantaranya, meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pemantapan ideologi Pancasila
melalui pembekalan wawasan kebangsaan.
Identifikasi
setiap persoalan, selesaikan dengan
segera, tuntaskan dan lokalisir setiap
permasalahan yang terjadi agar tidak berkembang, dalam pelaksanaannya tentunya
harus dikoordinasikan dengan pihak terkait atau para pemangku kepentingan
yang ada di wilayah.
Semua
pihak harus berupaya mengantisipasi dan mengatasi berbagai potensi ancaman yang
menimbulkan konflik. “Semua pemangku kepentingan maupun komponen masyarakat
harus bersikap”, tegas Kasdim.
Upaya
mengatasi kerawanan gangguan keamanan, dapat dilakukan melalui, persamaan
persepsi tentang ancaman dan solusi mengatasinya. Kita samakan dulu pola pikir,
pola sikap dan pola tindak. “Tentunya, sinergitas TNI, Polri, Pemda dan
peranserta komponen masyarakat di semua level sangat diperlukan demi
terpeliharanya kondusifitas wilayah”, tandasnya.
Hadir
dalam Rakor tersebut, antara lain Sekretaris Bakesbangpol Kota Mojokerto
Zuhrini, SE., Kabid Hanbang dan Wasnas Bakesbangpol Kota Mojokerto Drs. Moch.
Andy Subono, Kasatreskrim Polres Mojokerto Kota AKP Suhariyono, SH., Kasipidum Kejari Kota Mojokerto Triyono
Yulianto, SH., dan undangan. (Pendim-0815)
0 komentar:
Posting Komentar