Mojokerto,
- Kepala Staf Kodim 0815 Mayor Inf
Nuryakin, S.Sos mewakili Komandan Kodim 0815 hadir sekaligus menjadi pemateri
kegiatan Dialog Tokoh Lintas Agama, di Villa Puncak Pacet Resort, Pacet
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (30/10/2018).
Kegiatan
bertema “Untuk Keutuhan NKRI” diselenggarakan Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) Kabupaten Mojokerto dalam rangka Peningkatan Pelayanan Kerukunan Antar
Umat Beragama di Kabupaten Mojokerto, dihadiri Sekretaris FKUB Kabupaten
Mojokerto Drs. Nur Rokhmad, MM, Bendahara FKUB Kabupaten Mojokerto Pdt. Karunia
Zebua beserta Pengurus, Tokoh Lintas Agama dan Perwakilan Ormas Islam
Se-Kabupaten Mojokerto sejumlah 60 orang sebagai peserta dialog.
NKRI harus
tetap utuh, apapun agama dan keyakinan yang kita anut, semua berkewajiban
menjaga dan memelihara keutuhan NKRI, demikian dikatakan Kasdim 0815 Mayor Inf
Nuryakin, S.Sos dalam pengantar materinya berjudul Peran Masyarakat Dalam
Menjaga Keutuhan NKRI & Menumbuhkan Integritas Bangsa Dalam Multikultural.
Masih papar
Kasdim, Proklamasi Kemerdekan Bangsa (Republik) Indonesia 17 Agustus 1945
merupakan momentum sejarah Indonesia sebagai suatu negara berdaulat dan sebagai tonggak awal
pembangunan nasional. Setelah Indonesia merdeka, semua warga negara harus
berperan dalam mengisi kemerdekaan sekaligus menjaga integritas bangsa.
Eksistensi
Negara Indonesia, lanjut Kasdim, sangat dipengaruhi oleh interaksi dan
kepentingan dengan negara-negara lain dalam hubungan internasional. Terlebih dengan posisi geografis Indonesia
yang sangat menguntungkan, dan melimpahnya sumber kekayaan alam yang terhampar
di 17.504 pulau, serta sejumlah keunikan lainnya seperti keanekaragaman suku
bangsa, agama, ras, agama, bahasa, budaya dan golongan yang berintegrasi dalam
bingkai NKRI dengan menjunjung semangat Bhinneka Tunggal Ika.
“Peta konflik
dunia 70 persen berlatar belakang perebutan energi, air dan pangan. Bukan tidak
mungkin, Indonesia dengan segala kekayaan dan sumber daya alamnya akan membuat
iri negara lain dan berhasrat untuk menguasainya sehingga Indonesia akan
menjadi sasaran perebutan pengaruh melalui berbagai cara,” papar Kasdim.
Seperti kita
ketahui bersama, pasca-reformasi berbagai ancaman disintegrasi bangsa sempat
muncul ke permukaan seperti separatisme GAM dan OPM, konflik komunal di Ambon,
huru hara anti cina, kekerasan sosial akibat main hakim sendiri dan aksi
kekerasan lainnya akibat pengaruh radikalisme dan terorisme.
Disinggung
pula oleh Kasdim tentang perang proxy atau proxy war yaitu konfrontasi antar
dua negara atau lebih yang tidak saling berhadapan dan menggunakan pihak ketiga
dalam mencapai tujuannya. Proxy war ini memanfaatkan segala aspek berbangsa dan
bernegara yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan dan keamanan.
“Ketidakstabilan
dalam negeri akibat demonstrasi buruh yang berkepanjangan dan menimbulkan
konflik sosial, tawuran pelajar dan demo mahasiswa yang anarkhis, tawuran antar
kampung, konflik komunal, peredaran Narkoba yang sangat luar biasa dan tidak
terbendung, sebagai bagian dari proxy war yang dilancarkan lawan untuk
menghancurkan Indonesia dari segala aspek sosial budaya dan Hankam,” bebernya.
Kasdim
mengingatkan, peran seluruh warga negara sangat diperlukan untuk mengatasi
kondisi tersebut, kita semua harus bahu membahu membebaskan Indonesia dari
sasaran perang proxy. Untuk itu sangat penting dilakukan revitalisasi wawasan
kebangsaan dengan memposisikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
serta aplikasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu,
masih tutur Kasdim, agar semangat persatuan tetap dijunjung tinggi di tengah
multikultural yang ada, maka perlu dilakukan upaya dengan mengingat kembali perjuangan para
pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan dan mewarisi nilai-nilai perjuangan
tersebut untuk mengisi kemerdekaan, seluruh warga negara harus kembali ke
budaya bangsa, dengan mempedomani Empat Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD
45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, menumbuhkan dan memperkokoh semangat bela
negara serta membentengi diri dari pengaruh proxi war.
“Suatu
keharusan yang merupakan tanggung jawab moral dalam kehidupan bernegara di
tengah multikultural atau keberagaman yang ada ini, semangat persatuan harus
terpelihara, terjaga dan lestari demi keutuhan NKRI,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar