Mojokerto,
- Kasdim 0815 Mojokerto Mayor Inf
Nuryakin, S.Sos menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan Pendidikan Wawasan
Kebangsaan Bagi Generasi Muda Tahun 2018 yang dilangsungkan di Hall Multi Ubaya
Training Center (UTC) Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur, Rabu (28/11/2018).
Dalam materi
bertajuk Proxy War dan Peran Pemuda Dalam Upaya Menegakan NKRI Menuju Indonesia
Emas, Kasdim 0815 mengawalinya dengan sejarah nusantara Masa Kerajaan Sriwijaya
hingga kehancuran Kerajaan Majapahit. Dijelaskan pula Masa Kolonial
Belanda-Perang bersifat kedaerahan, Masa Kebangkitan Nasional dengan lahirnya
organisasi Boedi Utomo oleh Dr. Soetomo tanggal 20 Mei 1908 yang menjadi
perintis semangat kebangsaan, sampai lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928 yang merupakan penegas semangat kebangsaan sekaligus pendobrak kesadaran
nasional.
Masih papar
Kasdim, setelah Bangsa Indonesia merdeka melalui Proklamasi 17 Agustus 1945,
semua warga negara memiliki misi untuk mempertahankan kemerdekaan sampai titik
darah penghabisan serta mengisi kemerdekaan demi tercapainya cita-cita dan
tujuan nasional Bangsa Indonesia.
Tentunya semua
sudah mengetahui, lanjut Kasdim, semua negara di dunia sangat berkeinginan dan
berkepentingan untuk menguasai Indonesia dalam berbagai aspek. Posisi Indonesia
sangat strategis sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.504 pulau. Posisi geografis Indonesia
yang ada pada garis khatulistiwa (equator) menjadikan Indonesia menjadi sangat
subur dengan vegetasi alam sangat luar biasa dan tersedia sepanjang tahun.
Selain itu melimpahnya sumber daya alam, mineral dan pangan.
Indonesia
dengan segala potensi dan kekayaan alamnya ini
telah menimbulkan hasrat negara-negara lain untuk menguasai Indonesia
dengan berbagai cara, diantaranya melalui investasi dengan tujuan
mengeksploitasi SDA dan menjadikan Indonesia sebagai pasar produknya.
Pembentukan pakta perdagangan untuk menekan Indonesia dan mempengaruhi
pemerintah melalui jalur diplomasi, menciptakan konflik domestik untuk
menggangu kegiatan produksi dan mencegah konsentrasi Pemerintah Indonesia dalam
menjalankan program pembangunan.
Masih lanjut
Kasdim, ini semua dilakukan melalui perang proxy atau proxy war yaitu sebuah
konfrontasi antara dua negara yang tidak saling berhadapan dengan menggunakan
pihak ketiga untuk mengalahkan musuhnya dan tidak diketahui siapa lawan atau
kawan.
“Sasaran proxy
war ini meliputi segala aspek berbangsa dan bernegara, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan Hankam, seperti demonstrasi buruh yang menimbul
konflik sosial, tawuran antar pelajar/mahasiswa, bentrok antar kampung,
penyalahgunaan dan peredaran Narkoba, perilaku seks bebas, dan lain-lain,”
beber Kasdim.
Dihadapan 98
peserta pendidikan wawasan kebangsaan, Kasdim menegaskan, untuk menghadapi
semua ancaman yang kian nyata tersebut, kita harus bijak dan bersatu, tidak
hanya langkah antisipasi namun harus melalui aksi nyata. Di sinilah peran pemuda dan mahasiswa selaku
generasi muda bangsa sangat penting dan strategis untuk mengatasi krisis dan
menyelamatkan Indonesia. “Ingat,
Milestones 100 tahun menuju Indonesia Emas, ada di tangan pemuda,” tegasnya.
Sebelum
mengakhiri materinya, Kasdim mengajak untuk memahami dan mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai idelogi negara dan
berpegang teguh pada UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai
bentuk negara sekaligus rumah bersama serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan negara yang berisi semangat untuk bersatu ditengah keberagaman.
“Untuk itu,
para pemuda dan mahasiswa harus memainkan peran strategisnya menuju Indonesia
Emas serta demi tetap tegak dan jayanya NKRI,” pinta Kasdim.
0 komentar:
Posting Komentar