Mojokerto,
- Memperkokoh Persatuan Bangsa Dalam Ke-Bhinneka-an menjadi tajuk utama Perwira
Penghubung (Pabung) Kodim 0815 Mojokerto Mayor Arm Imam Duhri saat memberikan
pembekalan kepada mahasiswa di Ubaya
Training Centre (UTC) Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur, Selasa (27/11/2018) malam.
Pabung Kodim
0815 Mojokerto Mayor Arm Imam Duhri menjadi salah satu pemateri kegiatan
Pendidikan Wawasan Kebangsaan Bagi Generasi Muda TA. 2018 yang diselenggarakan
Kodim 0815 Bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten
Mojokerto, yang berlangsung mulai Selasa (27/11) hingga Kamis (29/11).
Dihadapan 98
perwakilan mahasiswa se-Kabupaten Mojokerto, Pabung mengawali materinya dengan
mengupas Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada lambang negara Burung
Garuda (Garuda Pancasila), untuk melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa
Indonesia yang sangat beraneka ragam meliputi suku bangsa, ras, agama,
keyakinan, bahasa, budaya, adat istiadat, dan lain-lain.
“Kalimat ini
(Bhinneka Tunggal Ika, -red) dikutip dari Kakawin Jawa Kuno yakni Kakawin
Sutasoma Karya Mpu Tantular di era Kerajaan Majapahit sekitar Abad XIV, yang
mengajarkan toleransi antara pemeluk agama Hindu (Siwa) dan Umat Buddha saat
itu,” terangnya.
Masih papar
Pabung, semangat persatuan ini, terlahir kembali dan digelorakan dengan
lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dan Ikrar Sumpah Pemuda pada
28 Oktober 1928. Kedua momentum ini
lahir karena persamaan dan kesatuan sejarah, nasib, budaya dan azas kerohanian.
“Setelah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia berupaya untuk
mencapai cita-cita nasional yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Selain cita-cita
nasional, masih ada tujuan nasional bangsa Indonesia, yakni Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan
umum; Mencerdaskan kehidupan bangsa; Melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” bebernya.
Pasca
kemerdekaan, lanjut Pabung, dengan semangat persatuan Bangsa Indonesia berhasil
mengatasi berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan seperti agresi
militer Belanda dan gerakan separatis dalam negeri. Namun, seiring berjalannya waktu terlebih di
era globalisasi saat ini, nilai-nilai kebhinnekaan mulai luntur bahkan terancam
dikarenakan lemahnya penegakkan hukum, banyaknya kasus bernuansa SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan), minimnya pendidikan kewarganegaraan serta
munculnya gejala-gejala intoleransi yang mengoyak keberagaman seperti geng
pelajar, tawuran antar sekolah, tawuran antar kampung, dan lain-lain.
“Kondisi ini
tidak bisa dibiarkan berlarut namun harus dicarikan solusi untuk mengatasinya,
diantaranya melalui literasi media khususnya bagaimana menggunakan media sosial
secara benar, pentingnya mengembalikan pendidikan moral baik formal maupun
informal, mendorong mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) untuk
memikirkan kondisi nasional,” tandasnya.
Pabung juga
mengingatkan tentang pentingnya pemahaman dan implementasi Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, dan wawasan
nusantara sebagai sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dalam pelaksanaannya mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebinnekaan guna mencapai tujuan nasional.
“Tidak kalah
pentingnya, persatuan dalam keberagaman harus dipahami oleh setiap warga
masyarakat termasuk para mahasiswa selaku generasi muda penerus bangsa agar
dapat mewujudkan kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang. Kita harus
Jalin Kerukunan agar tercipta persatuan dan kesatuan dalam memantapkan
perdamaian abadi guna mewujudkan keadilan sosial, “ demikian kata Pabung di
akhir materinya.
0 komentar:
Posting Komentar